Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Barry Callebaut Buka Pabrik Cokelat Rp 330 Miliar di Makassar

Written By empapat on Rabu, 04 September 2013 | 00.27

Makassar - Produsen cokelat (kakao) dunia Barry Callebaut asal Belanda bekerjasama dengan perusahaan eksportir kakao PT Commextra Majora, meresmikan pabrik pengolahan kakao dengan investasi senilai US$ 33 juta atau sekitar Rp 330 miliar. Pabrik ini memiliki kapasitas giling 30 ribu ton per tahun di kawasan Salodong, Makassar.

Dalam perjanjiannya, PT Commextra berkewajiban menyuplai pasokan biji kakao dalam jangka panjang. Dalam pendirian perusahaan patungan PT Barry Callebaut Commextra Indonesia pada November 2011, Barry Callebaut memiliki saham 60 persen dan PT Commextra memiliki 40 persen.

Presiden Barry Callebaut Cocoa Asia Pasific, Edmund Ee mengatakan Indonesia produsen ketiga kakao dunia, produksi kakao Indonesia memasok 11 persen kebutuhan dunia setelah Ghana dengan total produksi kakao 21 persen dan Pantai Gading sebesar 37 persen.

"Lokasi pabrik ke-16 kami di Makassar sangat ideal, karena sebagian besar perkebunan kakao berada di Sulawesi sehingga akan mengurangi
biaya logistik," ujar Edmund.

Sedangkan CEO Barry Callebaut Juergen Steinemann menyebutkan pabrik pengolahan kakao cair di Makassar membuka peluang sumber kakao yang baru dan akan memperkokoh kehadiran manufakturnya secara keseluruhan di kawasan Asia Pasifik.

"Kami dapat menghadirkan struktur pabrik dan dukungan terbaik di kawasan yang permintaannya akan produk kakao dan cokelat bermutu yang sedang tumbuh pesat, yakni di Asia sekitar 5 hingga 9 persen, setiap tahunnya diprediksi meningkat 4 sampai 6 persen," pungkas Juergen.

Peresmian pabrik ini dihadiri Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin dan para petinggi Barry Callebaut.

(hen/hen)

00.27 | 0 komentar | Read More

Pusat Nusantara di Universitas Negeri Saint Petersburg




Rabu, 04/09/2013 00:07 WIB






Lailal K Yuniarti - detikNews





Moscow - Tubuh renta tidak mengurangi semangat Prof Oglobin untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada mahasiswa-mahasiswanya di Saint Petersburg State University (SPbGU). Melalui Pusat Nusantara di kampus ini, para mahasiswa juga mempelajari sejarah dan budaya Indonesia.

Pada suatu hari di musim panas tahun lalu, saat Kota Saint Petersburg mengalami puncak Malam Putih alias White Night yang terkenal seantero jagad itu, penulis bersama sejumlah rekan media dari Indonesia menemui Profesor Alexander Oglobin di kampusnya yang teduh di tepi Sungai Neva.

Meski tubuhnya nampak renta namun semangat dan hasratnya untuk mengajarkan Bahasa Indonesia masih sangat membara. Selain berkeliling kampus, Prof Oglobin juga mengajak kami meninjau Pusat “Nusantara” yang berada di lantai 3 salah satu gedung kampus SPbGU. Menapaki tangga curam menuju lantai 3 itu dilakukannya dengan santai tanpa terengah-engah, mungkin karena sudah sangat terbiasa melakukannya.

Jangan bayangkan sebuah pusat studi dengan ruangan yang besar, mewah dan penuh berbagai fasilitas modern. Pusat “Nusantara” di universitas negeri terbesar di Saint Petersburg ini sama halnya seperti Pusat “Nusantara” di Moscow State University, hanya berupa ruang kelas kecil dan sederhana dengan papan tulis dan beberapa set meja kursi untuk para mahasiswa. Di dinding bisa ditemukan poster-poster tua mengenai Indonesia dan Melayu seperti huruf-huruf, pakaian adat dan gambar buah-buahan tropis. Sementara rak buku dalam ruangan itu memajang sejumlah buku pelajaran Bahasa Indonesia dan buku-buku lain mengenai Indonesia dan kebudayaan Melayu.

Tapi jangan salah, dari ruangan kecil nan sederhana inilah Bahasa Indonesia diajarkan di Saint Petersburg State University sejak tahun 1955. Sudah banyak lulusan Bahasa Indonesia dari universitas ini yang bekerja di berbagai bidang termasuk sejumlah diplomat Uni Soviet masa itu. Meskipun tidak spektakuler jumlahnya, setiap tahun jurusan Bahasa Indonesia diminati sekitar 5-6 orang mahasiswa.

Menurut Prof Oglobin, para mahasiswa ini memiliki semangat luar biasa untuk mempelajari bahasa dan sejarah Indonesia. Meskipun para mahasiswa ini kerap galau memikirkan bagaimana caranya memanfaatkan keahlian berbahasa Indonesia untuk mencari pekerjaan selulus kuliah. Tidak seperti mahasiswa yang mengambil jurusan Bahasa Jepang atau Korea yang bisa langsung melamar ke perusahaan-perusahaan Jepang atau Korea di Rusia.

Namun demikian, Prof Oglobin yang mulai mengajar Bahasa Indonesia di Saint Petersburg State University sejak tahun 1966 ini yakin peminat jurusan Bahasa Indonesia masih akan tetap banyak.Next

(trq/trq)









Sponsored Link




00.24 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger